Pada suatu malam si ucul sedang duduk di bar sambil memandang sebuah gelas di hadapannya. Lalu datanglah preman di situ, namanya Dudul.
Melihat tingkah Ucul yang begitu, sang preman pun menghampirinya dan mengambil gelas di hadapan si Ucul lalu meminumnya. Dengan terkejut si Ucul pun berkata:
Ucul : "Hai...mengapa engkau merebut gelas berisi minuman itu dariku...?"
Dudul : "Ya..karena aku melihat engkau tidak meminumnya,makanya aku minum, sayang...mubazir."
Ucul : "Oowww...begitu ya."
Dudul : "Kulihat engkau sangat kelihatan sedih,memangnya ada apa?"
Ucul : "Aku depresi berat hari ini. Bayangkan coba,ketika kerja,aku dipecat bos gara-gara telah merugikan perusahaan, trus ketika aku mau pulang, kereta aku sudah tidak ada lagi di parkiran. Lalu aku pulang kerumah pakai taxi dan dompet aku sudah tidak ada lagi di saku celana aku. Ketika aku nyampai di rumah, ku lihat istriku sedang berduaan dengan pria lain di kamar. Makanya aku datang kesini mau bunuh diri."
Dudul : "Lantas kenapa kau mau bunuh diri?"
Ucul : "Aku depresi berat, tapi sekarang aku gak jadi bunuh dirinya.
Dudul : "(tambah bingung) Lho, kok gak jadi...?"
Ucul : "Ya..karena gelas yang kuisi racun tadi sudah kau minum.."
Dudul : "$!^&#%$!@*(seketika terjerembab ke lantai)"
(http://ketawa.com/)
Kamis, 30 Oktober 2008
Ayah . . .
Kubayangkan butir air mata memenuhi pelupuk matamu
saat kau membacakan baris-baris kasih sayang
kepada buah hatimu
Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantung di sukmaku
hendak menyeruak ke dunia menemani keharuanmu
Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini
seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu
coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan
kepadamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah
merasuki tulang-tulang tuamu.
Adakah aku akan melihat orang tuaku
sebahagia lantunan nyanyian hatimu
yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia?
aku merenung menggores bayangan butiran air matamu
yang terdorong keluar oleh kebahagiaan
aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku
yang tak sanggup menahan keharuan
menuntut jalan keluar,
mungkin hendak berteman dengan air matamu
Karya : Karya Ida at DeKalb
(http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/Puisi/Default.htm)
saat kau membacakan baris-baris kasih sayang
kepada buah hatimu
Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantung di sukmaku
hendak menyeruak ke dunia menemani keharuanmu
Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini
seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu
coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan
kepadamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah
merasuki tulang-tulang tuamu.
Adakah aku akan melihat orang tuaku
sebahagia lantunan nyanyian hatimu
yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia?
aku merenung menggores bayangan butiran air matamu
yang terdorong keluar oleh kebahagiaan
aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku
yang tak sanggup menahan keharuan
menuntut jalan keluar,
mungkin hendak berteman dengan air matamu
Karya : Karya Ida at DeKalb
(http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/Puisi/Default.htm)
Kamis, 23 Oktober 2008
Ternyata hati, tak bisa berdusta
Meski ku coba, tetap tak bisa
Dulu cintaku, banyak padamu
Entah mengapa, kini berkurang
Maaf, aku jauh padamu
Lama sudah kupendam
Tertahan dibibirku
Mauku tak menyakiti
Meski begitu indah
Ku masih tetap saja....
Meski ku coba, tetap tak bisa
Dulu cintaku, banyak padamu
Entah mengapa, kini berkurang
Maaf, aku jauh padamu
Lama sudah kupendam
Tertahan dibibirku
Mauku tak menyakiti
Meski begitu indah
Ku masih tetap saja....
jenuh ....
Taukah kini, kau kuhindari
Merasakan kau, ku lain padamu
Kini temukan, hanya cinta saja
Sementara kau, merasa cukup
Langganan:
Postingan (Atom)